Rabu, 01 Juli 2009

MAKNA PERAYAAN HARI BESAR MAKAN CANG


MAKNA PERAYAAN HARI BESAR MAKAN CANG



· Perayaan untuk mengenang Pejabat yang jujur dan memihak pada rakyatnya.
· Saat intropeksi diri untuk bisa lebih baik ke depannya
· Berpotensi untuk wisata / event bahari.


Hari besar yang ditandai dengan makan besar dan dihidangkannya BaK Cang dan Kie Cang ini dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 Imlek atau dalam kalender nasional kali ini jatuh pada 27 Mei 2009.

Pada hari ini sebagian toko / kantor hanya buka setengah hari, karena pihak yang merayakan budaya ini memerlukan waktu untuk kumpul keluarga dan makan bersama.

Perayaan hari besar ini biasanya dirayakan dengan ritual acara mandi-mandi bersama di sungai oleh sebagian warga di Pontianak dan kemudian makan makanan khas yang disebut Bak Cang atau Kie Cang.

Ritual mandi biasanya dilakukan di sungai Kapuas pada saat jam 12.00, siang, kegiatan ini dilakukan dengan maksud buang sial atau pertanda menanggalkan semua kebiasaan jelek sehingga mulai dengan hidup dan sikap mental baru, acara ini dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota keluarga, namun ada juga yang dilakukan bersama para teman / kerabat maupun sendirian.

Acara mandi bersama ini setiap tahunya d Pontianak cukup menarik perhatian karena ramainya warga yang berenang di sungai Kapuas dengan berbagai pernak perniknya, ada yang membawa pelampung, ada yang hanya berpakaian dalam ala tarzan, sebagian menyewa sampai untuk sampai ketengah sungai dan kemudian ramai ramai menceburkan diri, sayang sampai saat ini kegiatan budaya ini belum dikelola atau dijadikan event guna menciptakan daya tarik wisata.

Skala kecil kegiatan budaya ini sudah menciptakan sumber pendapatan bagi sebagian tukang sampan yang disewa dan penjual makanan kecil yang mangkal ditepi sungai, bahhkan ada juga mulai timbulnya bisnis penyewaan pelampung buat keamanan bagi yang belum bisa berenang.

Padahal kegiatan mandi bersama ini bisa dirangkai dengan lomba / balap sampan naga dan berbagai event lainnya yang berhubungan dengan air / sungai Kapuas.

Bak Cang / Kie Cang ini merupakan pulut beserta ramuannya yang di bungkus dengan daun bambu, (di Pontianak ada yang bungkus daun pisang) dibentuk segitiga diikat dengan tali dan direbus sampai ketannya matang, makanan ini bisa tahan di smpan sampai 1 mingguan jika proses memasaknya benar.

Diperlukan keahlian untuk membungkus pulut dengan daun bambu shingga bisa berbentuk segitiga dan berukuran kurang lebih sama.

Ada dua jenis Cang yang di hidangkan saat berlangsungnya acara budaya ini, yaitu :

Bak Cang dan Kie Cang (Bak = daging, Kie = air abu, Cang = nama makanan ini / pulut yang dibungkus daun bambu ).

Bak Cang adalah jenis Jenis Cang yang asin yang berisi daging serta berbagai ramuannya Isinya adalah Ketan / pulut putih yang dicampur kacang merah / kacang tanah, daging ayam atau daging babi, kacang tanah, jamur, udang ebi dan lobak asin, jamur merang, dibumbui lada / sahang dan berbagai bumbu lainnya.

Kie cang, adalah pulut yang dimasak dengan Ki Cui (sejenis air abu) ukurannya lebih kecil dibanding dengan Bak Cang yang seukuran kepalan tangan, Kie Cang hanya berukuran bola golf, jika Bak Cang di makan langsung karena sudah berisi daing dan sayuran, maka Kie Cang dimakan bersama gula pasir atau air gula merah.

Kie Cang dan Bak Cang di bungkus dengan sejenis daun bambu yang khusus ditanam untuk keperluan ini, bahkan di supermarket dapat ditemukan daun bambu kering yang di kemas oleh pabrik dan di import dari negeri Tiongkok. (kita yang punya petani yang menaman bambu daun jenis ini belum bisa memanfaatkan potensi ini, sedangkan negara lain memanfaatkannya festiwal makan Bak Cang / Kie Cang ini dengan menjual daun bambu ini keseluruh dunia).

Sejarah makan Cang ini adalah perayaan dari pelarian seorang Pejabat yang berpegang teguh dengan nilai kejujuran, pada nilai nilai perdamaian manusia, setia pada rajkyatnya, alkisah ada seorang pejabat Negara di Tiongkok kuno yang bernama Kut Quan (Qu Yuan), yang sangat jujur dan setia pada negaranya, seluruh hidupnya diabdikan untuk membangun kemakmuran bagi masyarakatnya, hingga suatu hari terjadi peperangan / perebutan kekuasaan dan memakan banyak korban, sebagian pejabat yang korup dan mau enak sendiri memilih menyerah pada penguasa baru yang kejam dan lalim, sedangkan Kut Quang memilih pergi bersama sebagian rakyatnya dari situasi yang penuh kemunafikan dan kekejaman.

Rombongan meninggalkan kampung halaman dan mengunakan kapal menelusuri sungai dengan berbekal Bak Cang dan Kie Cang, setelah jauh dari daerah perang, pejabat dan seluruh rakyat yang ikut serta dengannya dalam pelarian itu terjun kesungai dan mandi untuk membersihkan diri dan kemudian mereka memulai perjalanan menuju tempat di mana diharapkan ada kedamaian dan kejujuran untuk membangun kehidupan masyarakatnya.


Salam Hangat,

Andreas Acui Simanjaya

Email : andreasacui@yahoo.com