Senin, 27 Oktober 2008

ESENSI SUMPAH PEMUDA


ESENSI SUMPAH PEMUDA

Sumpah pemuda biasanya selalu di peringati dan dimaknai dengan janji para pemuda jaman dahulu untuk bersatu bahasa, satu negara, satu tanah air yaitu Indonesia, kita sering keliru dengan hanya menafsirkan arti harfiahnya saja tanpa dapat menangkap esensi dari sumpah pemuda itu sendiri.

kita selayaknya ingat dan menyadari bahwa saat para pemuda bersumpah mereka tidak melepaskan indentitasnya masing masing, di sebut jong java, jong selebes dan seterusnya, artinya sumpah itu di ucapkan dengan kesadaran akan identitas kedaerahannya masing masing, bahwa mereka saat itu menyadari bahwa yang ingin dicapai bukanlah menghilangkan akar budaya masing masing, melainkan dengan kekuatan indentitas daerah dan budaya masing masing para pemuda menyatukan diri dan saling mengikat dengan menyatakan tekad untuk bersatu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.

kekuatan budaya masing masing yang di jaga dan disadari dengan baik membuat para pemuda setara mewakili daerahnya masing masing, membuat para pemuda pada masa itu mempunyai indentitas untuk mewakili setiap daerah asalnya, membuat semuanya mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mengangkay sumpah sebagai pemuda dalam rangka mempersatukan Indonesia dalam kerangka NKRI.

saat itu kita sebenarnya tidak banyak yang menyadari esensi dari sumpah pemuda itu sendiri, bahwa sebenarnya sumpah pemuda itu bukan di maknai dengan mendesak orang agar mengunakan bahasa Indonesia saja, melainkan dalam arti yang luas justru kita harus mampu menjadikan NKRI ini sebagai wadah bagi berkembang dan terlindungnya berbagai budaya anak bangsa yang membentuk indentitas NKRI.

jika kita saat ini sebagai anak bangsa tidak mau belajar dari para pelaku sumpah pemuda pada masa itu dengan mulai menghargai keunikan budaya masing masing etnis termasuk bahasa daerahnya masing masing maka kita sebenarnya mengingkari sumpah pemuda itu sendiri dengan tidak mengakui ke Indonesiaan yang tercermin dalam kekayaan budaya yang unik pada setiap elemen bangsa kita.

para pelaku sumpah pemuda pada masa itu setelah melakukan ikrar sumpah pemuda dam kemudian pulang kedaerah dan rumahnya masing masing tentu tidak bicara dengan nenek atau kakeknya bahkan dengan orangtuanya atau warga sekampungnya dengan bahasa Indonesia jika memang lingkungannya masih familiar dengan bahasa daerah atau nenek kakek dan orangtuanya belum fasih berbahasa Indonesia. tentunya mereka, para pemuda pada masa itu tetap mempergunakan bahasa daerahnya masing masing.

menurut saya ensensi sumpah pemuda sudah saatnya kita praktekan mulai sekarang, marilah kita menjadi bangsa yang menyediakan tempat untuk tumbuh dan berkembangnya berbagai budaya milik kita termasuk keunikan bahasanya.

di Kalimantan Barat saja kita bisa melihat bahwa 3 puak besar disini saja mempunyai bahasa daerah yang unik dan menarik, etnik Melayu ada bahasa Melayu Pontianak, bahasa Melayu Sambas, Melayu Sanggau dll, etnik Dayak memiliki bahasa Dayak yang sangat banyak jumlahnya, berbeda dialek dan bahasa hampir pada tiap anak sungai, ada bahasa Dayak Ahe, Kanayant, Kantu, Mualang, bekati dll etnik Tionghoa berbeda bahasa dan dialeknya, ada bahasa Tio ciu, bahasa Khek Pontianak, bahasa Khek Singkawang dll.

kita tidak perlu kuatir mengenai perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Bangsa dan sebagai Bahasa Nasional, sebagai bahasa indentitas bangsa Indonesia, sebab bahasa Indonesia memang sudah menjadi kebutuhan nasional kita bersama.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang indah dan sangat baik untuk dipergunakan dalam penulisan ilmiah maupun sastra, jika dibandingkan dengan bahasa Malaysia saat ini, kita boleh bangga karena Bahasa Indonesia terbukti sangat elegan dan bagus jika dibandingkan dengan Bahasa Malaysia yang bercampur aduk dengan bahasa inggris dan terdengar anek tata bahasanya. kita patut bangga dengan kemampuan bahasa Indonesia dalam berbagai bidang, terbukti bahwa lagu lagu produk Indonesia seringkali laku keras di Malaysia jika dibandingkan lagu yang memakai bahasa Malaysia, ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia lebih indah dan mudah ditata bahkan dalam produk seni semisal lagu, novel atau puisi.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kami sekeluarga pakai dalam komunikasi sehari hari baik didalam rumah maupun di luar rumah, namun jika bicara dengan nenek dan kakek serta orang lain yang kebetulan tidak begitu fasih dalam bahasa Indonesia saya tetap mengunakan bahasa Tionghoa, karena tujuan bahasa adalah supaya suatu komunikasi dapat berjalan dua arah dengan baik, saya berbicara dengan orang bukan untuk mengajarinya bahasa Indonesia melainkan supaya mereka paham apa yang saya katakan, apa yang ingin saya sampaikan pada mereka.

saya juga fasih mengunakan bahasa Melayu Pontianak, sedikit bahasa Melayu Sambas, sedikit bahasa Dayak Ahe, Dayak Kantu dan Dayak bekati, sedikit bahasa Khek Pontianak dan bahasa Khek Singkawang, kemahiran berbahasa ini sangat membantu saya untuk lebih akrab dan mempermudah komunikasi terutama dengan orang yang sudah tua dan saat berada di daerah, saya paham betul kata bijak "bahasa adalah kunci pembuka hati"

bukankah orang bisu yang sepatah katapun tidak bisa mengucapkan bahasa Indonesia akan sangat terzalimi jika di katakan / dicap kurang berjiwa nasionalis dan tidak memiliki perasaaan berkebangsaan Indonesia hanya karena tidak bisa berbahasa Indonesia.

Salam Hangat,

Andreas Acui Simanjaya
Calon DPD RI dari Provinsi Kalimantan Barat.
email andreasacui@yahoo.com

Jumat, 10 Oktober 2008

PILWAKO KOTA PONTIANAK

PILWAKO KOTA PONTIANAK

Ada yang bertanya kepada saya apa terjadi pada kota ini pasca Pilwako ? Menurut saya banyak pihak yang mempunyai pertanyaan yang sama, semua ingin tahu apa yang terjadi pasca Pilwako, karena ini adalah Pilwako perdana dengan sistim pemilihan langsung, one man one vote langsung dari rakyat.

Yang ada dalam pikiran saya mengapa banyak pihak yang betrtanya soal ini, apakah ini artinya banyak pihak yang meragukan kedewasaan berpolitik di Kota Pontianak ? Atau hanya meragukan kedewasaan berpolitik para kandidat ? Atau lebih sederhana saja yaitu ada kedewasaan kandidat yang di ragukan ?

Menurut saya, dinamika politik di kota Pontianak akan berjalan alamiah dan apa adanya, para pemilih yang waras akan menentukan pemimpinnya yang layak menurut kebutuhan komunitas di Kota tercinta ini.

kemampuan antar etnik di Kota ini untuk saling berinteraksi dengan baik seharusnya merupakan keniscayaan, jika berdasarkan kenyataan sejarah kita dapat hidup berdampingan sejak ratusan tahun yang lalu, lantas mengapa hari ini kita mesti kuatir bahwa jalinan yang terbentuk sekian lama akan rela kita hancurkan.

kita semua pada dasarnya menginginkan kehidupan yang lebih baik untuk semua pihak, jabatan Walikota / wakil walikota tidak dapat dianggap merepresentasikan segala kebutuhan komunitas,

Siapapun Walikotanya, bagi saya sama saja, selama sang pejabat Walikota dapat berbuat maksimal untuk kemajuan kota Pontianak dan menghasilkan sinergi yang baik dengan jajarannya untuk meningkatkan kesejahteraan warga Kota ini.

apapun yang terjadi pasca Pilwako nanti hanya akan merupakan reposisi masing masing kelompok etnik untuk saling menyesuaikan.

jika kita sibuk berseteru dengan sesama penghuni kota ini, maka sama saja mengelar sebuah panggung ketidakdewasaan diri dan kelompoknya di panggung Lokal, Nasional maupun internasional.

apa yang terjadi kelak akan merupakan indikator seberapa jauh peradaban dan kebudayaan masing masing etnik yang begitu di agung agungkan berguna bagi kemajuan bangsa dalam kerangka Nasionalisme dan kecintaan terhadap Tanah dan Bangsa Indonesia.

Salam Hangat,

Andreas Acui Simanjaya
email andreasacui@yahoo.com

2008 Oktober 7 20:34

Hapus

Rabu, 08 Oktober 2008

Ikan Hias Air Tawar Asal Kalimantan Barat (West Borneo)





Ikan Hias Air Tawar Asal Kalimantan Barat (West Borneo)

Pernah pada satu masa ketika saya berada dalam sebuah bis dalam perjalanan pulang ke Kota Pontianak dari Kabupaten Kapuas Hulu, tepatnya Putussibau, bis sederhana tanpa penyejuk udara dan jalan yang tidak mulus membuat semua penumpang tampak kusut, sebagian bahkan berdebu di ujung rambut dan bagian baju yang menghadap jendela yang terbuka.

Saya sibuk menjaga sebuah kotak kardus yang saya letakan dibawah tempat dudukku dan diapit kedua kaki, dari sela kotak kardus sudah separuhnya basah, terus menetes air yang merembes membasahi lantai bis yang berlajur lajur, kebetulan tempat dudukku ada di bagian depan disamping pintu masuk, jika diurut dari depan artinya saya duduk di urutan kedua pada deret bagian sebelah kiri.

setiap kali bis berhenti, apakah menurunkan penumpang ataupun untuk istirahat sejenak, saya bergegas mencari warung atau rumah yang menjual batu es, umumnya es diproduksi dengan kulkas di rumah tangga dalam kemasan plastik ukuran 2 Kg, satu balok es berharga Rp. 1.500 kemudian saya bergegas kembali ke Bis dan meletakan balok es tersebut di dalam kardus, dibagian atas dari sebuah kantong plastik besar yang berisi air kira kira 10 liter.

beberapa penumpang yang tertarik dengan kesibukan saya kemudian mencoba melihat apa yang terdapat dalam kantong plastik yang terdapat dalam kardus yang saya bawa, saya sudah menduga mereka pasti meyangka bahwa yang saya bawa dalam plastik ini adalah ikan Silok sebutan lokal untuk Ikan Arwana (Scleropages formosus), setelah tahu bahwa isi kantong yang saya jaga dengan berbagai kesibukan ini hanyalah berisi ikan sepat, ikan seluang dan beberapa jenis ikan kecil lainnya, umumnya mereka tertawa dan merasa aneh saja mengapa saya mau membawa ikan seperti itu ke Pontianak.

Ikan hias ini saya dapat dari hasil tangkapan penduduk yang bermukin disekitar danau Sentarum, mereka umumnya memsang bubu (alat tangkap ikan berupa ayaman dari bambu atau rotan, yang jika ikan masuk kedalam maka tidak bisa keluar lagi dan akan tertangkap dalam keadaan hidup).

IKan ikan kecil hasil tangkapan ini digunakan untuk memberi makan ikan Toman peliharaan yang terdapat dalam keramba, nah saya memilih ikan ikan yang indah warnanya dan berbentuk aneh untuk saya bawa pulang ke Pontianak sebagai isi akurium.

Sesungguhnya kekayaan perairan tawar di Bumi Borneo ini meyimpan banyak kekayaan, termasuk potensi ikan hias yang jumlahnya sangat banyak dan beragam jenisnya, entah mengapa kita tidak mampu memasarkan ikan hias ini selayaknya ikan ikan hias asal brasil yang menembus pasar ikan hias di seluruh dunia sampai ke Indonesia, hanya satu dua jenis saja andalan yang bisa kita pasarkan dengan baik yaitu ikan Silok / Arwana dan ulang uli atau Bontia.

pencemaran sungai oleh mercuri hasil petambangan liar dan bebagai cemaranisdustri serta menurunnya kualitas dan debit air akibat musnahnya hutan mempercepat hilangnya sebagaian ikan yang sebenarnya dapat menjadi potensi pemghasilan bagi penduduk di Borneo ini.

kelak kesempatan untuk menikmati indahnya ikan hias asli dari perairan lokal Kalimantan Barat bisa jadi hanya tinggal impian .....

Salam Hangat,

Andreas Acui Simanjaya
email : andreasacui@yahoo.com


TATUNG - HASIL PERJALANAN PANJANG SUATU ALKULTURASI BUDAYA






TATUNG - HASIL PERJALANAN PANJANG SUATU ALKULTURASI BUDAYA

Keberadaan Tatung di di dunia hanya terdapat di beberapa Negara, di Indonesia keberadaan Tatuung hanyabisa di saksikan di Kalimantan Barat dan Bangka Belitung walaupun dalam satu batas negara keberadaanTatung di Kalimantan Barat berbeda dalam berbagai aspek dengan Tatung yang ada di Bangka Belitung.

Tatung di Kalimantan Barat merupakan bagian dari keunikan budaya Tionghoa yang telah lama tumbuh dari hasil alkulturasi dengan budaya lainnya yang terdapat di Kalimantan Barat.

Sejauh ini kehadiran Tatung terutama pada saat Cap Goh Meh telah menjadi Ikon yang menarik bagi banyak pihak, terutama para wisatawan baik lokal maupun dari manca negara.

Saya sendiri dalam berbagai kesempatan meyaksikan penampilan Tatung selalu kehabisan tempat untuk menyimpan data dalam memori card di kamera digital yang saya pakai untuk merekam berbagai atraksi dan adegan Tatung yang menarik, setiap kali meyaksikan penampilan tatung selalu ada yang menarik untuk di abadikan.

keberadaan Tatuung menurut penjelasan yang saya dari para pelaku Tatung, ternyata keberadaan mereka hanyanya berupa media / medium atau istilah lokalnya Sarung untuk roh yang merasukinya, Roh yang merasuki bisa bermacam macam, ada yang merupakan Dewa berdasarkan mitologi Tionghoa maupun berbagai tokoh lokal yang ada di Kalbar.

Roh dipanggil melalui altar persembahan dan kemudian merasuki / masuk kedalam tubuh sang Tatung, dalam keadaan sebagai medium / sarung, sang pemilik tubuh masuk dalam keadaan trance, tubuhnya bergerak dan bersuara layaknya roh yang merasukinya, kadang kadang betbahasa yang tidak dikenalnya dalan keadaan sadar, umumnya dalam keadaan trance Tatung kebal dari rasa sakit, sehingga mampu menahan berbagai tusukan yang nembus tubuhnya, kebal di papas dengan parang tajam, menaiki tangga yang terbuat dari parang dan duduk di bangku yang terbuat dari deretan parang.

Tatung adalah satu warisan budaya yang memiliki akar panjang dalam budaya Tionghoa dan Kalimantan Barat, sarat dengan suasana mistis dan bernapaskan kasanah kekayaan budaya kuno milik para leluhur tanah Borneo ini.

salam hangat,

Andreas Acui Simanjaya
email : andreasacui@yahoo.com





Kamis, 02 Oktober 2008

MERIAM KARBIT PONTIANAK




Setiap tahun saat menjelang Idul Fitri / hari Raya Lebaran di Kota Pontianak selalu ada sesuatu yang khas yang dinantikan banyak orang termasuk saya dan keluarga.

Suasana persiapan menyambut lebaran selalu menghadirkan perasaan khusus dalam hati saya sejak kanak kanak, mulai dari suasana memasuki bulan puasa, kegiatan teman teman sepermainan menjalankan kegiatan taraweh, permainan meriam bambu yang mengunakan minyak tanah maupun karbit sebagai amunisinya, suara takbiran yang menghadirkan perasaan senang dan ceria di pagi hari pertama lebaran, ketupat lebaran dan ketidak sabaran yang mendesak jiwa untuk berkunjung kesanak keluarga terdekat yang merayakan Lebaran, memang sebagian keluarga kami merayakan Lebaran, keluarga yang wajib kami kunjungi adalah sepupunya nenek yang menikah dengan orang Tuan Tuan.

menjelang akhir bulan puasa seluruh kota sudah dapat mendengarkan dentuman Meriam Karbit yang gelegar suaranya menghadirkan satu bagian dari ciri khas berlebaran di Kota Pontianak.

Meriam Karbit terbuat dari batang kayu bulat yang di belah dan dilubangi bagian dalamnya, kemudian di tangkupkan kembali dan diikat dengan rotan supaya kuat, sepanjang sungai kapuas di Kota Pontianak, terutama di sekitar Jembatan Kapuas berjejer kelompok kelompk meriam dari kedua belah sungai, saling berhadap hadapan dan siap siap berperang ! ya ! perang !

Perang suara dan kekompakan kelompok yang memiliki meriam, setiap kelompok biasanya terdiri dari 5 meriam bahkan ada yang sampai belasan buah, diawaki 15 sampai 30 orang yang biasanya mewakili gang gang atau RT yang berada di sepanjang sungai, ada juga yang merupakan gabungan dari beberapa gang atau RT.

Tahun ini saya kembali mendatangi tempat permainan meriam di tepian sungai Kapuas, kali ini saya masuk dari Gang Kuantan, sampai di ujung Gang saya memarkirkan motor dan berjalan kaki di gertak (jembatan) kayu menuju tempat permaian Meriam Karbit berlangsung.

Tahun ini suasananya berbeda, ada meriam yang di cat merah dan diberi logo PDI Perjuangan, ada lagi berwarma biru muda kombinasi merah berlambang partai Barnas (Barisan Nasional), maklum dalam era banyak partai maka semua kesempatan di manfaatkan partai yang jeli untuk mencari simpati dan dukungan.

"Bang numpang nonton meriam ya " sapaku pada kelompok anak muda yang berkumpul di jejeran meriam yang ada, "Sile jak Bang" sambutan hangatpun datang dalam dialek Melayu Pontianak, akupun larut dalam suasana berbincang berbagai hal seputar Meriam ini, berapa banyak karbit, berapa banyak air dan cara menyulut meriamnya.

beberapa orang mengisi air 1 ember dan memasukan gumpalan karbit yang mirip batu kedalam lubang meriam, kemudian menutup lubang meriam dengan koran basah supaya uap karbit yang terbentuk tidak lari terbawa angin, sejenak menunggu Meriam karbit siap di ledakan ...

"Ayo Pak, silakan kalau mao cobe meriam ini" ajakan pemuda tersebut dilakukan sambil menyodorkan obor kecil yang menyala kepada saya, sejenak saya ragu karena tak enak kalo sampai menganggu keasyikan mereka bermain meriam, disisi lain saya juga cukup kuatir dengan efek bunyi yang bakal terjadi.

"tak ape Pak, tadak bahaye, kalau bahaye udah banyak dah korban di sinek ...." sekali lagi anggota pemuda ini meyakinkan saya.

dengan rasa bangga saya menerima uluran obor ini dan bersiap siap berdiri di samping meriam yang akan saya sulut, disebelah saya juga ada beberapa anak muda berdiri dengan obornya masing masing, jumlah meriam yang ada dikelompok ini sekitar 12 buah, tetapi yang saat ini diisi karbit sekitar 5 buah.

tutup koran basah di lubang penyulut di buka dan seorang pemuda di samping kiri saya menyulutkan obornya sejurus kemudian "DEBUUUUM !!!!" suara meriam mengelegar membuat telinga ini berdenging, kemudian terdengar derak suara pantulannya dari seberang sungai, efek suaranya memang lebih keras di seberang sana yang dihadapi dengan moncong meriam karbit ini.

"cucul pak ..." seru seseorang kepadaku agar tidak kehilangan momentum dalam rangkaian bunyi meriam yang kami mainkan ini, Aku menyulutkan api kelubang kecil di batang kayu disampingku, bunga api merah keluar dari lubang itu dan ledakan keras terdengar, sejenak badanku terhenyak dan obor penjulut meriampun terlempar kebelakang, jatuh kedalam sungai Kapuas ....

"maaf maaf .... sampai jatok nih apinya .." aku merasa tak enak karena telah menjatuhkan obor tersebut ... "tak ape pak, maseh banyak bah ..." sambutan hangat dan suasana bersahabat ini melekat di hatiku, senang karena di terima baik dalam komunitas ini padahal baru sejenak saja saya hadir dalam kelompok ini.

sejurus kemudian saya ajak foto bersama dan saya permisi karena hari sudah menjelang malam, sudah jam 7.15 tidak terasa sudah 1 jam lebih saya di sini ...

Aku berencana akan kembali lagi esok dengan anak anakku agar ada juga pengalaman buat mereka ...

beberapa hari lagi meriam meriam ini akan di tengelamkan didalam sungai kapuas, agar kayunya awet dan tahun depan bisa dipakai lagi, maklum mencari kayu log sebesar pelukan orang dewasa bukan lagi perkara mudah di Kalimantan Barat ini, hutan kita sudah habis ....

Meriam Karbit ini merupakan salah satu daya tarik saat berlebaran di Kota Pontianak, kelak akan lebih menarik lagi jika disokong pemerintah dalam rangka meningkatkan parawisata ....

salam hangat,

Andreas Acui Simanjaya
email andreasacui@yahoo.com